Friday, August 8, 2008

Penerapan Hemat Energi di Indonesia Banyak Halangan


Keluar Dari Krisis Listrik... ??
Listrik adalah kebutuhan yang sangat vital untuk masyarakat sekarang. Tanpa listrik manusia jaman sekarang bisa dikatakan tidak dapat bekerja produktif. Untuk itu kelangkaan listrik harus kita hindari. Namun dari pengalaman kita sekarang PLN sudah kepayahan mensupplai daya baik untuk perumahan maupun industri. Masalah ini karena banyak sekali pemborosan energi yang dibiarkan terutama pada fasilitas umum, seperti jalan, gedung perkantoran, shoping center, rumah sakit serta pabrik. Akibatnya jangankan memasang perluasan jaringan yang baru yang sudah adapun secara bergilir dipadamkan. Terutama di luar pulau Jawa.


Pemborosan terjadi disebabkan dari hubungan saling tidak koneksi dari berbagai pelaku:
1. Karena konsultan perencanaan belum menerapkan rancangan hemat energi baik dari Mekanikal dan elektrikal systemnya termasuk lighting systemnya.
2. Para owner project belum menyadari betapa besar pengaruh pembangunan PJU, Shopping center, pabrik, gedung serta rumah sakit dll menyedot daya apabila tidak menerapkan konsep energy saver
3. Para kontraktor juga tidak mampu merubah menjadi hemat energi dikarenakan mengikuti spek yang terlampir di dalam kontrak


4. Pemerintahan (birokrasi) terutama level middle dan DPR/D belum cukup kuat dan keberanian untuk merubah kebijakan
5. Kita sebagai Masyarakat masih belum mampu mengontrol pemborosan-pemborosan tersebut karena terbatasnya akses dan kewenangan



Oleh karena itu saya mau mengajak kawan-kawan komunitas untuk bergabung dalam mewadahi forum diskusi atau opini dalam komunitas Masyarakat Peduli Energi (MAPEN).
Berikut pengamatan saya mengenai pemborosan energi khususnya Listrik Penerangan fasilitas umum.


PJU KITA TIDAK RAMAH LINGKUNGAN DAN BOROS
Sebagaimana kita ketahui bahwa PJU kita masih menggunakan lapu Merkuri dan Metal Halide yang menyerap daya cukup tinggi. Satu titik PJU bias disamakan dengan konsumsi 1 rumah tangga (RT) kecil. Contohnya 1 titik PJU single 250 Watt merkuri hitungan menyerap dayanya 500 watt setara dengan satu paket RT 450 watt. Selain itu saya sering menyaksikan siang malam juga menyala, padahal kalau siang sebaiknya dimatikan. Limbah Merkuri juga sangat berbahaya untuk lingkungan sehingga limbahnya tidak boleh dibuang sembarangan. Sebetulnya lampu merkuri di Negara-negara maju sudah tidak dipakai karena alasan diatas boros dan limbahnya berbahaya. PJU bisa menggunakan Listrik tenaga matahari yang sederhana.



KEUNTUNGAN PJU TENAGA MATAHARI
1. Keuntunganya tidak mengambil daya dari PLN sehingga PLN bisa mengalihkan dayanya

ke

sektor-sektor produktif spt home industri dan perumahan.
2. Yang kedua jika PLN matipun PJU tetap menyala. Selanjutnya PPJ dari masyarakat murni menjadi PAD karena tidak dipakai membayar rekening listrik PJU.
3. Pemeliharaan sangat rendah karena PJU tenaga matahari umurnya bias 20-30 tahun dengan penggantian aki setiap 3-5 tahun sekali sehingga dana tersebut dapat dipakai sebagai perluasan PJU ke Pedesaan.
4. Penerapan Listrik Tenaga matahari biaynya sama besar dengan pemasangan PJU Merkuri biasa. Kenapa tidak diganti? Katanya perlu persetujuan anggaran dan kebijakan lainya dari DPR dan DPRD setempat.
5. Mengurangi efek domino karena dapat menghemat penggunaan BBM. PLN memakai hampir 40% pembangkit listriknya digerakan dengan diesel berbahan bakar solar. Sebagai Ilustrasi PJU kota Bandung tidak kurang dari 40.000 titik menghabiskan 86.400.000 kwh setiap tahun apabila pemakaian 12jam. Setara dengan pemakaian 28.800.000 liter BBM solar apabila dikonversi. Setara uang lebih dari 158 milyar rupiah. Apabila dinyalakan lebih dari 12 jam semakin besar belanja pemerintah untuk BBM PLN. Semoga jangan.


OK, karena memang sulit dilaksanakan, mari kita galakan kampanye hemat energi mulai dari kita sendiri, keluarga dan lingkungan kita. Dengan ini saya mengundang diskusi para pemerhati energi listrik, baik pemerintah, swasta, masyarakat dan professional untuk menyumbangkan pemikirannya untuk mempertajam analisa masalah energi Listrik. Terimakasih.

No comments: